Senin, 22 Juni 2009

MEMBANGUN EKONOMI SYARIAH


Bahwa mayoritas penduduk Indonesia bergama Islam adalah fakta yang tidak dapat dibantah. Bahkan menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Namun pada sisi lain ternyata secara ekonomi umat Islam tertinggal dibanding umat lain. Dampak langsungnya berupa jumlah pengangguran yang kian meningkat, kemiskinan, kebodohan serta kualitas kesehatan yang tidak terjamin. Dalam keadaan demikian sulit kiranya menemukan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Padahal ekonomi menjadi salah satu pilar dakwah yang penting. Sejarah mencatat pada awal perkembangan Islam, Nabi Muhammad memiliki kemampuan ekonomi yang memadai sebab beliau adalah seorang pedagang yang sukses. Belum lagi sokongan pendanaan dari istri tercinta, Khadijah. Kemudian bergabunglah konglomerat-konglomerat muslim lainnya semisal, Abu Bakar As-shidiq, Usman bin Affan maupun Abdurrahman bin ‘Auf yang tidak ragu-ragu menyumbangkan sebagian besar kekayaan mereka demi dakwah Islam.
Kini, saat sistem ekonomi konvensional hanya meninggalkan kesenjangan yang kian lebar, angka kemiskinan yang terus meningkat serta terampasnya hak-hak kaum lemah. Kita perlu menyambut baik dan mendukung tumbuhnya ekonomi syariah yang cukup menggembirakan.
Dalam Kongres Umat Islam Indonesa (KUII) ke-4, yang diselenggarakan di Jakarta 17-21 April 2005, dibahas salah satu langkah strategis untuk membangun ekonomi syariah yakni membangun kekuatan ekonomi umat yang dapat meningkatkan kesejahteraan bersama secara adil dan merata sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Konggres itu juga merekomendasikan agar mendesak pemerintah untuk memberlakukan dual economic system; konvensional dan syariah sebagai system ekonomi nasional. (
www.republica.co.id)
Secara individu juga perlu ditumbuhkan semangat untuk mengembangkan ekonomi dengan landasan syariah. Suatu sistem yang mengajarkan bahwa kekayaan yang dimiliki bukanlah mutlak miliknya. Melainkan ada sebagian yang menjadi hak kaum fakir miskin. Dengan begitu tidak ada lagi konglomerat muslim yang dengan tenang bersujud di atas sajadah empuk sementara di sekitarnya kaum miskin menahan lapar. Atau menghabiskan miliaran rupiah untuk seremonial keagamaan sedangkan puluhan ribu muslim rela menukar iman mereka demi sesuap nasi.
Padahal jauh-jauh hari Rasulullah telah mengingatkan tentang bahaya kemiskinan yang bisa menyebabkab seseorang terjerumus kepada kekafiran. Melalui perintah Infaq Islam telah menawarkan solusi terbaik untuk membantu kaum miskin tanpa harus melukai atau merendahkan mereka. Islam menganjurkan mereka yang mampu untuk mencari (proaktif) siapa yang bisa dibantu tanpa harus diminta. Sebab islam mencela orang yang meminta-minta.
Apabila umat telah kuat secara ekonomi, insyaAllah dakwah Islam akan terus menggeliat di segenap penjuru. Mari kita berusaha ambil bagian dalam usaha peningkatan ekonomi umat. Karena sesungguhnya muslim yang kuat (aqidah,fisik,ekonomi dsb.) lebih dicintai oleh Allah daripada muslim yang lemah. “Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing keduanya tetap terdapat kebaikan.” (HR Muslim)
Wallahua’lam bi shawwab
Eko Triyanto
Pemred Al Fajr Buletin

Jumat, 05 Juni 2009

Personal Franchise Pulsa

Beberapa waktu lalu saya diajak temen tuk ikut dalam sebuah presentasi peluang usaha.
dan ternyata di sana saya dikenalkan dengan DBF, yang merupakan personal franchise keagenan pulsa elektronik.
beberapa hal yang sangat membuat saya ingin mengikutinya adalah:
didirikan oleh putra Indonesia asli, padahal selama ini kebanyakan server pulsa adalah bukan putra asli Indonesia.
dirintis dan dikembangkan dengan kaidah-kaidah yang tidak bertentangan dengan hukum Islam, dan saat in sedang diusulkan ke MUI untuk mendapat sertifikasi halal.
Mudah diikuti dan menguntungkan
Bukan termasuk money game

di sini saya kutipkan testimoni dari Aa Gym yang sudah terlebih dahulu gabung:

Untk mnjadi bagian dari DBS ini memerlukan perjalan yg panjang dan berliku... diawali dengan keingintahuan ttg status DBS dlm pandangan hukum islam, sesudah mendengar langsung dari pimpinan DBS, lalu membaca fatwa MUI kodya Bdg, diskusi bersama Prof.DR.KH.Miftah Faridl ketua MUI Bdg, dilanjutkan diskusi bersama DR.Syafii Antonio yg kita kenal sbg pakar ekonomi syariah, maka diputuskan bergabung. Dgn niat sbg upaya mmbantu mmbuka lapangan kerja bg masyarakt luas dlm situasi ekonomi yg sdng sulit, mmbantu membina agr member smkin mningkat keimanannya dan bersinergi utk mmberdayakn dhuafa dg zakat infak shodaqoh. Bagi siapapun yg akn brgabung, silakan luruskan niat, dan jalani dg sungguh2 dijalan Allah SWT dan bila sdh dititipi rizki berbagilah dengan sesama. Terimakasih.
-Abdullah Gymnastiar DBS1302960-


bagi saudaraku yang ingin tahu lebih banyak bisa diskusi dengan saya di:
0274 8215374 (call/sms)
email: eko_nomisyariah@telkom.net

Senin, 25 Mei 2009

Islam Telah Bangkit

MUKADIMAH
Mengejutkan, beberapa waktu yang lalu secara jujur pihak Vatikan sebagai otoritas yang memimpin umat Katolik sedunia mengumumkan bahwa saat ini jumlah umat Islam di seluruh dunia telah melampaui umat Katolik! Dan jumlah itu terus bertambah, karena menurut berbagai data, Islam menjadi agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia. Bukan semata karena faktor kelahiran tetapi juga banyaknya orang-orang non-Islam yang kemudian masuk Islam.
Pasca tragedi kontroversial runtuhnya menara kembar World Trade Center (WTC) 11 September 2001 atau dikenal dengan peristiwa 911, umat Islam sepertinya semakin dipojokkan. Buntutnya, Amerika Serikat (AS) menginvansi Afganistan dengan dalih ‘memerangi terorisme’. Tidak hanya cukup sampai di situ, AS kemudian juga menjajah Iraq. Di balik semua itu, tragedi 911 ternyata justru menimbulkan minat luar biasa dari orang-orang barat untuk mengetahui tentang Islam yang sebenarnya. Mereka kemudian banyak belajar dan mencari referensi tentang Islam termasuk dari buku-buku yang ditulis oleh Ulama Muslim. Mereka dibuat kaget setelah mengetahui ‘wajah’ Islam yang sesungguhnya. Ajaran Islam ternyata jauh dari kesan teroris sebagaimana dituduhkan AS dan sekutunya. Islam justru mengajarkan kasih sayang dan perdamaian. Informasi yang selama ini mereka peroleh dari media barat dan buku karangan tokoh-tokoh barat berbeda jauh dari realitas yang ada. Dan imbasnya banyak orang yang kemudian memilih Islam sebagai jalan hidupnya.
Itulah satu di antara hikmah tragedi WTC yang oleh beberapa pakar dikatakan sebagai sandiwara dan akal-akalan Amerika untuk mencari alasan menyerang negara-negara Islam. Begitulah, Allah telah membalas tipu daya mereka.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali ‘Imran [3]: 54)

Islam Akan Berjaya !
Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah menyampaikan bahwa kelak Islam akan mampu berjaya. Dan tampaknya hal itu mulai terbukti.
“Sesungguhnya Allah telah memperluas (wilayah) untukku (Islam) di bumi, sampai aku bisa melihat wilayah sebelah timur sampai wilayah barat. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai melebihi seperti apa yang telah diberikan Allah padaku.” (HR. Muslim dari Tsauban)
Vatikan adalah negara otonom yang terletak adalah salah satu pusat dari kekaisaran Romawi Barat tempo dulu, Roma. Sedangkan Konstantinopel (Istambul) merupakan ibukota Romawi Timur. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa kedua kota itu akan dapat ditaklukan oleh umat Islam.
“Dari Abu Qubail, dia berkata, ‘Suatu ketika, kami berada di dekat Abdullah bin Amr bin Ash ra. dan ada seorang yang bertanya.’ ‘Kota manakah yang lebih dulu ditaklukkan, Konstantinopel atau Romawi?’ Maka ia mengambil sebuah kotak yang memiliki lingkaran berbentuk anting (gembok), lalu ia mengeluarkan sebuah buku dari kotak tersebut, lalu Abdullah bin Amr berkata, ‘Ketika kami bersama Rasulullah untuk menulis (hadits), lantas ketika itu beliau ditanya, ‘Kota manakah yang lebih dahulu ditaklukkan? Konstantinopel ataukah Romawi?’ Rasulullah menjawab, ‘Kota Konstantinopel adalah kota yang ditaklukkan lebih dulu.’” (HR. Ahmad, disahihkan oleh Al Albani)
Dan hal itu sebagian telah terbukti dengan dikuasainya Istambul (Turki). Sedangkan Roma belum dapat dikuasai. Sebagian ‘ulama berpendapat bahwa kota Roma (Italia) juga akan dapat ditaklukkan melalui dakwah dan pembangunan masjid-masjid di kawasan tersebut. Beberapa tahun lalu sebuah masjid raya direncanakan dibangun di Roma. Mungkinkah itu sebagai langkah awal menaklukkan Roma? Wallahua’lam.

Kejayaan Itu Akan Dipergilirkan
Sunnatullah tidak dapat dibantah bahwa masa kejayaan suatu kaum akan dipergilirkan. Bisa jadi sekarang berkuasa tetapi esok atau lusa tidak lagi berdaya. Tidak ada yang salah dengan sunnatullah dan tidak ada yang bisa membantahnya.
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'.” (Ali ‘Imran [3]: 140)
Sulitkah bagi Allah untuk memenangkan Agama Islam? Tidak, tidak sama sekali. Allah cukup berkata ‘Jadilah’ maka semua yang dikehendaki-Nya akan terwujud. Bahkan jika Ia menghendaki, dijadikanNya semua umat itu menjadi satu. Jika Dia menghendaki, Dia akan memenangkan dan menolong umat Islam di manapun berada.
Mungkin akan muncul tanya, ‘Lalu kenapa umat Islam tak juga mampu keluar dari berbagai tekanan yang dialami?’ Di antara jawabnya sudah tertera dalam ayat di muka, Allah ingin menguji orang-orang yang betul-betul beriman. Dan Allah ingin memberi kesempatan kepada manusia untuk beramal, berdakwah menyebarkan Islam, bersabar dalam menghadapi kaum kafir atau berjihad membela Islam. Gugur menjadi syuhada!
Allah memberi kita kesempatan. Jika dakwah dan perjuangan menegakkan Islam dimaknai sebagai bagian dari proses menuju kemenangan Islam yang telah dijanjikan Allah, tentu semua akan terasa ringan. Sebab bukan kita yang memenangkannya tetapi Allah. Kita bekerja untuk Allah dan Allah sendiri yang akan membayarnya.
“Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al Mujaadilah [58]: 21)
Jika usaha kita telah benar, niat kita telah ikhlas maka sebenarnya bukan kita yang bekerja tetapi kekuatan Allah-lah yang bekerja. Jika sudah begitu adakah yang mampu membendungnya?
“Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (Ash Shaff [61]: 14)
Islam pernah memimpin dunia dengan penuh kedamaian selama berabad-abad sejak fatkhul Makkah sampai runtuhnya kekhalifahan Turki Ustmani. Kemudian secara bergantian dunia ‘dikuasai’ kapitalisme dan komunisme. Apa yang mereka hasilkan? Tidak lain hanyalah kerusakan di muka bumi. Kemajuan semu yang menafikan berbagai keterpurukan. Teknologi yang tidak diimbangi dengan pembangunan mental-spiritual telah menciptakan manusia-manusia robot yang tidak memiliki hati. Tidak memiliki lagi rasa kasih sayang. Manusia yang kering dari nilai-nilai spiritual dan rasa kemanusiaan.
Dan setelah sekian masa mereka berkuasa, ada saatnya mereka akan runtuh.
“Dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi kamu pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah) kemudian mereka tiada memperoleh pelindung dan tidak (pula) penolong.” (Al Fath [48]: 22)

Mengupayakan Sebab Material dan Immaterial
Kebangkitan Islam telah tiba. Tugas kita adalah mengupayakan dan mempersiapkan kekuatan material dan immaterial untuk mencapai kemenangan. Tidak dapat dibantah bahwa kekuatan material (lahiriah) sangat penting untuk diupayakan. Misal, dalam sebuah pertempuran maka jumlah pasukan, peralatan perang, dan perbekalan yang memadai akan memudahkan mencapai kemenangan. Tetapi sejatinya bukan itu saja. Bagi seorang Muslim, kekuatan ruhiyah adalah hal yang tidak boleh diabaikan.
Suatu ketika ‘Umar pernah berkata, bahwa umat Islam menang bukanlah karena kekuatan tetapi karena keutamaan yang dimiliki. Semakin kuat keimanan berarti semakin dekat dengan Allah. Semakin dekat dengan pertolongan-Nya.
Simaklah kisah pertempuran antara Thalut melawan Jalut. Secara materi Jalut akan memenangkan pertempuran karena ia memiliki pasukan yang banyak dan hebat. Begitupun Jalut adalah seorang yang gagah perkasa secara fisik. Berbeda dengan Thalut. Tetapi kehendak Allah ternyata lain. Thalut dengan segenap iman yang terpatri di hati mampu mengalahkan Jalut berikut tentaranya.
“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al Baqarah [2]: 249)
Bahwa menyusun berbagai kekuatan dan strategi adalah suatu keniscayaan untuk mencapai keberhasilan. Karena Allah pun telah mengisyaratkannya.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (Al Anfaal [8]: 60)

Kekuatan Ruhiyah
Ketika Siprus takhluk di tangan kaum Muslimin, Abu Darda’ justru tersedu. Ia menangis. Abdurrahman bin Jubair bercerita apa yang ia dengar dari ayahnya, “Tatkala Ciprus ditaklukkan oleh kaum Muslimin, tiba-tiba mereka banyak yang menangis. Aku meilhat Abu Darda’ duduk menangis sendirian, aku bertanya kepadanya, ‘Wahai Abu Darda’ apa yang membuatmu menangis di hari Allah memuliakan Islam dan pemeluknya?’ Ia berkata, “Celaka kamu wahai Jubair, betapa hinanya makhluk di sisi Allah jika mereka mengabaikan perintah-Nya. Kamu tahu mereka sebelumnya adalah umat yang kuat dan pemenang, akan tetapi karena mereka meninggalkan perintah Allah, maka kamu lihat seperti apa mereka sekarang.’” (HR. Ahmad)
Dalam Shirah Nabawiyah juga diceritakan. Ahmad bin Marwan bin Maliky di dalam Al Mujalasah dari Abu Ishaq, dia berkata, “Tidak ada musuh yang bertahan lama jika berperang melawan para sahabat. Ketika Heraclius tiba di Anthokia setelah pasukan Romawi dikalahkan pasukan Muslimin, dia bertanya, ‘Beritahukan kepadaku tentang orang-orang yang menjadi lawan kalian dalam peperangan. Bukankah mereka juga manusia seperti kalian?’
Mereka menjawab, ‘Ya’
‘Apakah kalian yang banyak jumlahnya atau mereka?’ tanya Heraclius.
‘Kamilah yang lebih banyak jumlahnya di manapun kami saling berhadapan.’
‘Lalu mengapa kalian dikalahkan?’
Seseorang yang dianggap paling tua menjawab, ‘Karena mereka biasa shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, menepati janji, menyuruh kepada kebajikan, mencegah dari kemungkaran dan saling berbuat adil di antara sesamanya. Sementara kami suka minum arak, berzina, melakukan hal-hal yang haram, melanggar janji, suka marah, berbuat semena-mena, menyuruh kepada kebencian, melarang hal-hal yang diridhai Allah dan berbuat kerusakan di bumi.’
Heraclius pun berkata, ‘Engkau membuat aku percaya.’”
Tanpa mengabaikan sebab-sebab material sesungguhnya senjata paling ampuh yang dimiliki umat Islam adalah kokohnya keimanan. Kaum Muslimin memiliki pijakan yang jelas dan tujuan yang pasti. Hingga perjuangan yang mereka lakukan merupakan suatu amal yang akan mendapatkan balasan. Apapun hasilnya.
Sedangkan orang kafir, mereka sebetulnya melangkah dengan langkah yang gamang dan penuh ketidakpastian.
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung.” (Muhammad [47]: 11)
Setiap pribadi Muslim harus semaksimal mungkin memegang dengan kuat syariat Allah. memperkokoh keimanan dalam hati dan melakukan amal-amal shaleh dengan penuh keikhlasan sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah dan para sahabat.
Dengan itu semua, kemenangan itu akan segera terwujud. Karena sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat. Dan Dia akan memberi pertolongan jika kita memang sudah memenuhi syarat untuk ditolong sebagaimana para sahabat Rasulullah.
Dr. Abdul Majid Al Hilali dalam bukunya, Rahasia Datangnya Pertolongan Allah, banyak menyebutkan bahwa syarat memperoleh pertolongan Allah itu adalah memperkuat ruhiyah dan menjaga kebersihan hati.
“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al Maidah [5]: 56)
“Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang.” (Ash Shaaffaat [37]: 116)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad [47]: 7)
Mari kita jemput pertolongan Allah itu dengan memperbaiki diri dan umat.

Islam Telah Bangkit, Realitas yang Tak Terbantah
NIC atau National Intellegence Council yang merupakan gabungan intelijen dari 15 negara, yang bermarkas di Virginia, AS, pernah membuat prediksi yang akan terjadi pada sekitar tahun 2020. Mereka mengemukakan empat kemungkinan. Pertama, dunia akan dikuasai AS. Kedua, dunia akan dikuasai China. Ketiga, dunia akan dikuasai India. Dan keempat, Islam akan bangkit kembali dengan ditandai berdirinya kekhalifahan Islam (Islamic Caliphate). Dan organisasi yang banyak mendukung terciptanya kekhalifahan Islam itu terus bermunculan di berbagai negara.
Keruntuhan negara komunis Uni Soviet telah membuktikan betapa kehancuran suatu bangsa bukanlah satu hal yang mustahil. Negara-negara bekas Uni Soviet kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya. Mulai dari Uzbekistan, Tajikistan, hingga yang terakhir, Kosovo. Negara-negara yang sebagian penduduknya Muslim itu kini telah merdeka dan bisa menjalankan kegiatan agamanya. Satu hal yang mustahil saat komunis masih berkuasa.
Dari jantung kapitalisme dunia pun dapat kita temukan hal serupa. Dr. Raghib As Sirjany menyebutkan, pada tahun 60-an di Amerika hanya terdapat beberapa ribu umat Islam dengan satu masjid di satu kota. Tetapi kini, jumlah kaum Muslim mencapai lebih dari 8 juta orang, dengan jumlah Masjid yang juga meningkat.
Di Inggris, sekutu terdekat Amerika pun tidak jauh berbeda. Menurut sensus tahun 2001 jumlah Muslimin di Inggris mencapai 1,6 juta orang yang sepertiganya merupakan generasi muda, dan jumlah itu terus mengalami kenaikan. Diperkirakan sekarang mencapai 2 juta orang. Hebatnya mereka turut berperan penting dalam perekonomian di Inggris. Sedikitnya 10 ribu Muslim termasuk kategori orang terkaya di Inggris. Bahkan belakangan, seorang Pendeta dan Tokoh Hukum dari Inggris mengusulkan diperbolehkannya penerapan syariat Islam karena dianggap sebagai hukum yang terbaik.
Di negara-negara Eropa pun terjadi hal yang sama. Perkembangan Islam cukup pesat. Sampai-sampai ada tokoh yang mengatakan, jika kondisinya terus bertahan seperti itu maka kelak Eropa akan menjadi negara Arab seperti Timur Tengah saat ini. Tentu saja semua itu sangat mengkhawatirkan para tokoh anti Islam yang sangat paranoid akut terhadap Islam. Imbasnya muncullah sensasi-sensasi yang mencoba memperburuk citra Islam seperti kasus kartun yang menggambarkan Rasulullah yang dimuat di Denmark atau film Fitna di Belanda. Sebelum itu juga ada Salman Rushdie yang menulis Novel ‘Ayat-Ayat Setan’ (the satanic verses). Tetapi ternyata semua itu tetap tak menyurutkan perkembangan Islam.
Dari negeri 1001 malam, Irak, kini umat Islam mulai bangkit dan berupaya mengusir penjajah Amerika. Perlawanan terus terjadi di mana-mana. Membuat pasukan sekutu frustasi dan banyak yang menjadi ‘gila’. Perlawanan secara bergerilya yang dilakukan para mujahidin terus berlangsung di segala penjuru. Akibatnya ribuan tentara Amerika tewas mengenaskan. Tercatat sudah lebih dari 3 ribu tentara Amerika tewas pasca invansi. Jumlah tersebut mungkin terlalu kecil untuk menggambarkan kondisi sebenarnya. Seringkali Amerika dan media barat merahasiakannya.
Film dokumenter, ‘Baghdad Sniper’ secara jelas telah menggambarkan betapa para pejuang yang ahli dalam membidik target dengan senjata laras panjang terus ditempatkan di berbagai sudut yang dijaga oleh tentara sekutu. Mereka membentuk sebuah brigade penembak jitu (sniper) yang diorganisir dan dilatih secara profesional. Hasilnya banyak dari tentara kafir yang tewas. Dipastikan ada banyak korban yang berjatuhan di pihak tentara sekutu namun sengaja dirahasiakan karena merupakan aib bagi Amerika dan sekutunya. Perjuangan serupa juga terjadi di Afganistan, negeri jihad palestina dan negeri jihad yang lain.
Lalu ke Indonesia, negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Kebangkitan Islam itu juga terus berjalan. Ghirah untuk lebih mendalami Islam dan mengamalkannya semakin kentara. Halaqah-halaqah dan kelompok kajian yang secara intensif mempelajari Islam tumbuh subur tak terbendung. Banyak golongan muda yang semakin bangga dengan keislamannya. Perangkat pendukung pun kian tersedia. Di banyak daerah sekarang telah dikeluarkan berbagai peraturan daerah (perda) yang bernuansa syariat. Pun buku-buku keislaman dan lembaga kajian formal juga semakin semarak. Belum lagi sekolah-sekolah yang telah memadukan nilai-nilai keislaman dalam pembelajarannya.
Tak hanya itu, kini juga munculnya lembaga-lembaga keuangan syariah, penyadaran akan produk halal. Penggunaan mata uang dinar dan dirham kini juga mulai mendapat sambutan. Konon mata uang Dolar Amerika kelak akan colaps dan itu sudah terlihat ketika negara-negara Eropa menerapkan mata uang Euro. Euro menjadi saingan berat bagi Dolar. Dan masih banyak lagi hal yang menandai kebangkitan Islam.
Wahai saudaraku! Bangkitlah dan enyahkan rasa pesimis dalam dirimu. Bageraklah dan usirlah rasa rendah dirimu. Sesungguhnya Islam itu tinggi dan tidak akan ada yang menandinginya!

Bersiaplah Ambil Bagian!
Jika kaki tak mungkin menapak hingga bumi jihad Palestina. Sungguh masih banyak peran yang bisa kita mainkan untuk mendukung mereka. Dan lebih luas lagi untuk menegakkan kejayaan Islam.
Lahan untuk menegakkan dien-Nya terbentang luas. Mulailah dari perbaikan diri. Meruah kepada keluarga. Dan tebarkan kepada seluruh umat manusia. Jadilah umat terbaik. Islamisasi adalah suatu hal yang dilegalkan oleh Allah seperti tersebut dalam firman-Nya, artinya,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.” (Ali ‘Imran [3]: 110)
Dakwah adalah sebuah bangunan besar, tetapi ia dimulai dari kerja-kerja kecil yang teratur dan saling bersinergi. Jika memang masih belum sanggup untuk mengajak beramar ma’ruf nahi munkar, minimal diri kita bisa menjadi contoh untuk suatu kebaikan.
”Barangsiapa merintis jalan kebaikan dalam Islam, berarti ia memperoleh pahala (sendiri) dan pahala orang-orang yang mengikuti jalan kebaikan tersebut dengan tiada mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan sebaliknya barang siapa memulai berbuat jahat dalam Islam, berarti memikul dosa (sendiri) ditambah semua dosa orang-orang yang menirukan kejahatannya dengan tiada mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)
Para orientalis banyak menebarkan fitnah bahwa Islam disebarkan dengan pedang (kekerasan). Faktanya dalam setiap negara yang dikuasai Islam justru penduduknya diberi kebebasan untuk memilih dan menjalankan agama mereka. Sejatinya ‘pedang’ umat Islam bukanlah pedang baja atau besi yang tajam. ‘Pedang’ itu adalah akhlakul karimah. Akhlak yang baik.
Tentang ini Ahmad Deedat dalam The Choice-nya menukilkan kata-kata Pandit Gyanandra Dev Sharma Shastri, dia menyatakan, “Mereka (pengkritik Muhammad) tidak bisa melihat bahwa satu-satunya pedang Muhammad adalah pedang kemurahan hati, petunjuk, persahabatan, kemauan untuk memaafkan—pedang yang menaklukkan musuh-musuhnya dan membersihkan hati mereka. Pedangnya lebih tajam dari pedang baja.”
Subhanallah! Sungguh menakjubkan, itulah pedang yang mampu mengalahkan musuh tanpa harus melukai, membuat mereka tunduk tanpa harus merasa terhina, dan membuat mereka patuh tanpa harus dipaksa. Itulah pedang Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.“ (Al Qalam [68]: 4)
Sekarang. Mari kita bergerak. Gerak yang bukan sekedar gerak. Namun gerak dengan langkah yang tertata. Berawal dari niat yang bersih. Memiliki tujuan jelas. Kita bangun barisan dengan membawa panji Islam. Dalam satu ikatan teguh kalimat tauhid, La ilaaha illallaah. Jadilah prajurit Allah. Insya Allah saat kejayaan Islam akan segera tiba.
“Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (Ash Shaaffaat [37]: 173)
“Islam akan mencapai apa yang telah dicapai siang dan malam (artinya seluruh dunia), dan Allah tidak akan membiarkan rumah-rumah yang terbuat dari batu dan rumah-rumah yang lain kecuali diperuntukkan bagi Islam, baik dengan cara terhormat atau sebaliknya, kehormatan yang diberikan Allah untuk Islam, dan kehinaan yang digunakan untuk menghina orang-orang kafir.” (HR. Ahmad, Thabrani dan Ibnu Hibban dari Al Dariy)

Allahu Akbar!!
*) Eko Triyanto
Ketua Forum Studi Islam (Forsis) Remassa
Nanggulan, Kamar Pojok, Sya’ban 1429 H

Sabtu, 09 Mei 2009

Menulis, Mengasah Ketajaman Hati dan Pikiran



“Segala sesuatu awalnya kelihatan berat dan sukar. Wajarlah jika banyak yang gugur di permulaan. Menyerah pada kenyataan. Kecuali orang-orang luar biasa yang memiliki cadangan motivasi lebih.”


agi banyak orang menulis dianggap sebagai suatu perkerjaan yang sulit. Sebagian lagi menganggap remeh. Tidak penting. Padahal bila kita cermati. Mau tidak mau, suka tidak suka, banyak dari kita yang akan selalu berhadapan dengan pekerjaan tulis-menulis. Mulai dari membuat tugas sekolah seperti laporan atau makalah. Hingga tugas akhir, skripsi (S1), Tesis (S2) dan Desertasi (S3) bagi mahasiswa.
Selamat Datang di Dunia Jurnalistik
Harus kita akui, tradisi menulis kalah populer dibanding dengan tradisi berkomunikasi dengan lisan (bicara). Mungkin kita akan betah mengobrol selama berjam-jam. Tetapi ketika disodori pena dan selembar kertas untuk menulis, kita merasa kesulitan. Bingung. Mengapa? Bukankah apa yang kita omongkan bisa kita ubah menjadi bentuk tulisan?
Yang Penting Motivasi!
Jawabnya tentu beragam. Memang dapat kita katakan bahasa lisan sangat berbeda dengan bahasa tulis. Tapi ini kita abaikan dulu.
“Motivasi adalah proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.” Demikian definisi motivasi menurut ilmu psikologi.
Sebelum menulis coba tentukan dulu apa alasan yang mendasari kita membuat tulisan. (Alm) Mohammad Diponegoro memberikan beberapa contoh yang biasa menjadi alasan seseorang untuk menulis. Antara lain, mencari ketenaran (karena namanya akan dikenal) dan sebagai jalan mencari nafkah.
Di Indonesia mungkin menulis memang belum bisa dijadikan sandaran hidup. Karena honor yang diterima penulis masih relatif kecil. Minat baca di negeri kita yang rendah menjadi salah satu penyebabnya. Berbeda dengan di luar negeri. Sekedar contoh—untuk lebih memotivasi—kamu pasti kenal dengan JK. Rowling penulis serial Harry Potter yang kesohor itu. Ditaksir kekayaan yang dimilkinya melebihi kekayaan Ratu Elizabeth!
Menulis Itu Bakat?
Selamat!! Kalau kamu berpikiran demikian berarti kamu juga berbakat. Bukankah sejak kelas TK atau kelas satu SD kamu sudah pandai menulis? Mula-mula kita hanya mengenal satu dua huruf dan kesulitan untuk merangkainya. Tapi sekarang lihatlah betapa pintarnya kita menyusun kalimat-kalimat yang panjang. Apalagi saat menulis surat atau sekedar curhat ma someone (Maklum jatuh cinta!).
Thomas Alva Edison bilang, keberhasilan ditentukan 1% bakat dan 99% kerja keras. Tidak heran bila Edison yang dianggap dungu dan sempat dikeluarkan dari sekolah pada akhirnya mampu mengejutkan dunia dengan berbagai penemuannya.
Menulispun demikian. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama. Tinggal bagaimana ia mengembangkan dirinya untuk menjadi penulis. Yakinlah kamu pasti… BISA!
Menulis Itu Gampang-Gampang Susah
Arswendo Atmowiloto yang sempat bikin heboh dengan hasil surveinya—karena menempatkan dirinya sebagai tokoh paling digemari di atas Nabi Muhammad Saw.—mengatakan bahwa: Menulis itu gampang.
Karuan saja pernyataan itu banyak mendapat protes. Toh ia memang seorang penulis yang tentu sudah piawai dalam membuat sebuah tulisan. Lha kita? Hee... Tapi untuk menarik minat calon penulis pernyataan di atas memang ada benarnya.. Coba pikir, dibilang gampang saja masih banyak yang enggan menulis apalagi dibilang susah. Jangan-jangan tidak ada yang minat.
Menulis memang pekerjaan yang gampang-gampang susah. Pada awalnya mungkin kita kesulitan karena bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Dalam bahasa lisan kita hanya berpikir bagaimana menyampaikan informasi (pesan) yang kita punya agar orang lain faham. Bahasa yang digunakan pun sangat bebas dan bervariasi tanpa menghiraukan aturan yang ada.
Sedangkan dalam bahasa tulis. Kita dituntut menggunakan tanda baca yang pas dan pemilihan kata (diksi) yang tepat. Agar pesan yang kita tulis dapat dipahami secara mudah dan jelas.
“Menulis berbeda dengan berbicara. Agar efektif, menulis menuntut si penulis mengungkapkan gagasannya secara tertib dan tertata,” kata Mas Hernowo, seorang penulis sekaligus editor Grup Mizan.
Tetapi lambat laun. Tanpa kita sadari kemampuan ini akan terasah bila kita membiasakan diri untuk menulis. Sambil membaca hasil tulisan kita berulang-ulang. Lalu bandingkan dengan tulisan hasil karya orang lain yang dianggap lebih baik.
Menulis Sambil Berenang Bisakah?
Ada pepatah mengatakan: Sambil menyelam minum air. Tapi mungkinkah berenang sambil menulis? Entahlah. Tapi maksud saya bukan begitu. Ahmad Munif, seorang penulis novel yang cukup produktif (ehm..ehm..beliau juga dosen saya lho) mengibaratkan aktifitas menulis seperti berenang.
Seorang yang baru belajar renang boleh saja menguasai segala macam teori tentang renang. Tetapi teori yang dikuasainya itu tidak akan berguna bila ia tidak pernah mecoba terjun ke kolam renang. Jadi syarat utama menjadi penulis ialah praktek membuat tulisan. Sekali lagi PRAKTEK. U understand?
Kebiasaan bagus yang bisa kita lakukan untuk mempermudah meningkatkan kemampuan menulis yakni membuat Catatan Harian. Dalam buku Cathar itu kita bisa mengekspresikan segala apa yang kita rasakan setiap hari dalam bentuk tulisan.
Jangan ragu lagi. Tulis…tulis…dan tulis…Nah…kamu sudah jadi penulis!
Melatih Ketajaman Hati dan Pikiran
Afwan. Sorry. bagi kamu-kamu yang punya prinsip ‘cuex is the best’ saya persilakan untuk bilang ‘Selamat Berpisah’ dengan dunia tulis menulis. Dunia penuh warna, tantangan, dan rahasia-rahasia mengejutkan.
Penulis adalah seorang intelektual yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Dengan realitas yang ada. Ia tergelitik dan tergerak bila melihat fenomena yang menyimpang dari kaidah dan tata nilai yang ada. Ia ingin agar orang lain juga tahu penyimpangan tersebut. Sehingga mampu menangkalnya.
Tidak pelak untuk menjadi penulis harus siap membuka pancaindera dengan selebar-lebarnya. Mengamati peristiwa-peristiwa yang ada. Lalu menakarnya dengan hati. Kira-kira itu sesuai dengan norma yang ada gak ya? Sudah itu putarlah akal untuk mencari solusi yang mungkin bisa diterapkan. Tuangkan ide itu dalam tulisan agar orang lain bisa mengaksesnya.
Di sinilah hati akan semakin sensitif melihat realitas. ‘You don’t care?’ but I not. Pikiran menjadi lebih aktif untuk berpikir. Bukan saja bagi diri sendiri. tetapi juga bagi orang lain. Ingat: Bukan hanya untuk diri sendiri. Sayang kan bila kapasitas kecerdasan yang kita miliki hanya dinikmati sendiri. Egois banget!
Kata Rasul, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang bisa memberi manfaat kepada orang lain.”

Menjelajah Dunia Ide
Tulisan hakikatnya merupakan ide yang dibahasakan lewat tulisan. Sebagian lagi berupa fakta yang sistematika penyajianya menurut selera penulis. Di sini juga menuntut adanya ide.
Yang bagus jika ide itu belum pernah dikemukakan orang lain. Cerdas. Tepat sasaran dan mampu ‘menggerakkan’. Hingga tulisan terasa lebih hidup.
Artinya penulis mesti punya stok ide yang memadai. Atau setidaknya punya cadangan biji-biji informasi yang bisa disemai menjadi ide. Konsekuensinya, orang yang ingin menulis mesti rajin-rajin mengumpulkan informasi dengan cara melihat, mengamati dan yang penting membaca! ‘Iqra’’, kata Jibril.
Membaca menjadi hal wajib bagi seorang yang ingin menjadi penulis. Ibarat penampungan air. Sebelum mengalirkan air mesti diisi dulu. Tetapi pengisiannya pun harus selektif. Agar yang keluar nantinya juga sesuatu yang bermanfaat. (Harap tahu aja sekarang banyak buku ‘berbau Islam’ dan buku-buku best seller yang bisa meracuni aqidah kita. Misalnya?)
BTW. Perbanyaklah membaca. Dan temukan ide-ide cemerlang. Ingat tulisanmu bisa mengubah dunia.

CopryghtEkoSambirejo06 Agustus 2005

Disampaikan Pada:
Ekstra Jurnalistik SMP N 4 Prambanan
Oleh:: Eko Triyanto
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Sunan Kalijaga Pemimpin Redaksi Al_Kahfi Newsletter

Semangkuk Kuah Perekat Ukhuwah

Dari Abu Dzar, Rasul Saw. bersabda; “Hai Abu Dzar, ketika kau memasak kuah, perbanyaklah airnya, dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR. Muslim). Dalam hadits lain dari Abu Hurairah, Rasul Saw. bersabda, “Hai kaum hawa yang beragama Islam, sekali-kali jangan berhati kecil (jangan merasa hina) sewaktu akan memberi hadiah kepada tetangga, sekalipun hanya sepotong kikil kambing.” (HR. Bukhari-Muslim).
Mungkin timbul pertanyaan kenapa Rasul begitu menekankan sedekah yang berupa makanan ini. Ya, ternyata rekatnya tali ukhuwah bisa bermula dari makanan. Saling berbagi makanan antar tetangga dapat mempererat tali silaturrahim. Karena yang dipandang bukan apa yang diberikan tetapi lebih bagaimana seorang memiliki perhatian kepada tetangga lain.
Pengaruh makanan memang luar biasa. Coba tengok kira-kira apa yang mampu membuat sekelompok anak muda rela bergabung pada sebuah gank? Salah satu faktor utamanya adalah karena makanan. Umumnya mereka menjadi loyal (mempunyai ikatan) diakibatkan oleh karena mereka kerap kali diberi makanan atau minuman (keras). Rasa bisa saling berbagi ini menumbuhkan ikatan yang begitu kuat.
Sebuah cerita menarik pernah dimuat dalam majalah, ada seorang yang belajar di Jepang, selama di sana ia rajin berbagi makanan kepada para tentangganya. Tentu saja hal itu menimbulkan rasa heran karena umumnya masyarakat di sana jarang melakukannya. Ternyata hal itu menumbuhkan ketertarikan untuk mempelajari agama Islam yang sedemikian luhur dalam mengajarkan interaksi sosial kepada sesama manusia. Pada akhirnya kebiasaan berbagi makanan tersebut mampu menjadi jalan terbukanya pintu hidayah dari Allah. Dari sini jelaslah bahwa anjuran Rasul untuk saling berbagi makanan meskipun hanya sepotong kikil amatlah bermanfaat.
Bila dalam keadaan normal memberi makanan sangat dianjurkan apalagi memberi makan kepada mereka yang kekurangan atau sedang membutuhkan. Seperti kepada saudara-saudara kita yang sedang mendapat berbagai musibah. Tentu akan sangat bermanfaat bagi mereka. Orang yang pelit berbagi makanan kepada fakir miskin dan tidak menganjurkannya dianggap sebagai pendusta agama.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (Al Maa´uun [107]: 1-3)
Begitulah, nampaknya kita harus mulai membiasakan berbagi makanan yang barangkali selama ini dianggap sepele. Patut dicatat agama ini sangat apresiatif pun dalam hal-hal kecil yang bernilai kebajikan.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Al Zalzalah [99]: 7)

Eko Triyanto
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Senja di Dermaga

Untuk kesekian senja
Di tepi dermaga ini
Masih saja kumengeja
Menduga makna kata setia
Sementara bahteramu semakin jauh
Diantarai jarak tak tertempuh
Dan bayangmu tenggelam perlahan
Tertelan gelombang samudra.
2003

Petuah Ayah

Menangislah anakku,
Ayah kenal haru rindumu
Terlampau jauh kau tlah berjalan
Mengembarai hidup tanpa tujuan
Satu pintaku
Sebelum kutempuh perjalanan panjang
Jangan kau lupa kitab ditangan
Yang sempat ayah ajarkan
Itu hanya sebuah jalan,
Kemauan hatimulah menentukan
Hitam putih titian yang kau pilih
Anakku, ayah harus pergi
Mengulang tidur tanpa mimpi
Agar kau tahu dunia ini, semu
Dan kau harus menetap disini
Jadi saksi antara hidup dan mati
Kadang tak berarti. 24.MARET.DUA000DUA


Ibu Dan Ilalang


Itukah engkau ibu
Merenungi kisah hujan semalam
Yang tak sempat mengairi
Rekahan kemarau sawah kita
Sementara ilalang kian tegak
Menantang badai
Paras sayu serta alunan do’amu
Mengeraskan kepalaku
Lupa janji bakti yang semestinya aku penuhi.

rinduku rindu angin

ingin kutulis rindu pada sekelebat
angin
yang menandai hadirnya musim
yang memnggugurkan bougenvile ungu darimu
agar kau tahu sungguh
sulitnya rindu kubunuh


2003